( Curhat dikirim oleh Mirna, Ilustrasi gambar oleh DD )
Hingga pada hari ini aku masih diliputi oleh perasaan misteri yang mencakup seputar kehamilanku. Atau bisa juga dikatakan tentang hubungan seks dengan suamiku.
Sebelum menceritakan pengalamanku ini, sebaiknya aku ceritakan sekilas tentang latar belakangku. Panggil saja aku Mirna ( samaran ), wanita usia 30 tahun. Sudah menikah selama 6 tahun, dan memiliki anak yang masih berusia 6 bulan. Lucu dan imut banget.
Aku mantan karyawati di perusahaan asing. Saat ini aku mengabdikan diri seutuhnya, untuk mengurus anak dan rumah tangga. Aku lahir di kota Yogya, dan dibesarkan dalam keluarga yang religius.
Suamiku juga pria Jawa, berusia 5 tahun lebih tua, dan merupakan pengusaha yang sukses. Karena faktor pekerjaannya pula, dia sering keluar kota. Sehingga tidak setiap hari suamiku berada di rumah.
Setelah hamil beberapa bulan, aku putuskan untuk berhenti bekerja. Dalam 5 tahun pernikahan, sebenarnya kami ingin cepat – cepat punya momongan, tetapi kenyataan berbicara lain. Ada beberapa faktor yang menghambat.
Diantaranya yaitu suamiku sering keluar kota untuk urusan usaha. Disamping itu, ada satu permasalahan yang begitu mengganggu. Yaitu suamiku mengalami problem ejakulasi dini ( cepat keluar saat bercinta ).
Memang hal ini begitu mengganggu didalam bercinta. Suamiku tidak bisa bertahan lebih dari 2 ato 3 menit. Kami sudah berusaha banyak lewat berbagai cara, namun tidak begitu banyak menolong. Mulai latihan senam pernafasan, mengatur makanan, berobat ke dokter, dan bahkan lewat pengobatan tradisional.
Disamping itu suamiku agak tertutup dalam soal seks, sehingga lama – lama menjadi minder. Asalkan aku tidak banyak menuntut, sepertinya dia menerima kenyataan. Suamiku sepertinya juga tidak begitu meraruh perhatian yang banyak dalam urusan seks.
Sedangkan aku orangnya lain. Aku banyak membaca artikel dan menambah pengetahuan mengenai hubungan seks. Saat masih gadis aku tidak pernah melakukan masturbasi. Karena menurut agama merupakan sikap yang tidak terpuji dan dosa.
Disaat menikah, aku juga tidak begitu menikmati hubungan seks yang optimal. Walo suamiku berusaha melakukan foreplay yang cukup, tetap saja aku tidak pernah merasakan orgasme. Karena aku sering sharing dengan sahabatku yang katanya bisa mendapatkan orgasme berkali – kali, maka rasa penasaranku menjadi meningkat.
Aku dianjurkan bermasturbasi, kalo sedang sendiri. Karena bisa rileks dan lebih nyaman. Hasilnya memang seperti yang dikatakan sahabatku. Bisa mendapatkan orgasme. Tetapi aku selalu diliputi perasaan bersalah, sehingga tidak sering aku lakukan.
Pada suatu hari suamiku pulang dari urusan bisnis di pulau Bali. Disana dia menyempatkan jalan – jalan ke Ubud. Suatu desa tempat seniman – seniman menghasilkan karya seni. Suamiku membeli sebuah lukisan.
Lukisan tentang seorang wanita telanjang yang ditemani oleh kucing. ( ma'af aku tidak menyertakan foto lukisan ini dengan pertimbangan tertentu ). Lukisan ini ditaruh dikamar tidur. Jika kita rebahan diranjang, mata kita langsung menatap lukisan ini.
Aku selalu menyiapkan segalanya kalo suamiku pulang. Biasanya suamiku kuanjurkan mandi yang bersih, kemudian ngobrol sambil menikmati minuman segar, dengan cemilan ringan. Dan tanpa disuruh, aku biasanya memijitnya.
Sudah menjadi ritual, aku menggunakan baju yang enak dipandang suami, dan kamar tidur selalu tertata rapi dengan bau yang harum.
" Aduh, enak banget pijitannya, Ma. "
"Idih, belum juga punya anak, udah dipanggil mama, " Kataku menggoda.
" Yaa, semuanya kita serahkan saja sama yang Maha Kuasa, " Celetuknya santai. "Tapi emang bener, enak banget kok pijitannya, "Tambahnya lagi.
" Siapa dulu dong yang mijit. "
"Iya deh percaya. Kita ke kamar, yuuk ? " Ajaknya sambil tangannya mencupit pinggulku. Aku hanya tersenyum sambil mengerlingkan mata.
"Emang tidak mau makan dulu ? "
"Ah, nanti sajalah, " Jawabnya pendek, dan dengan cepat dia membopongku ke kamar tidur. Ketika aku direbahkan diatas kasur, mataku langsung menatap lukisan wanita telanjang yang ditemani kucing tersebut. Demikian juga dengan dia.
Dan ada keanehan. Setelah itu suamiku seperti menggerak – gerakkan kepalanya. Matanya memancar dengan pandangan sayu. Dia melepas T-Shirt dan celana pendeknya. Dan terlihat mister P-nya yang sudah tegang.
Dan dengan romantis dia memuji dan mengeluarkan kata – kata mesra, seperti seorang penyair. Padahal rencananya aku mau memijitnya, malah saat itu aku yang dipijitnya. Dia memijit, memuji, dan mencumbui seluruh bagian tubuhku.
Hal seperti ini belum pernah dia lakukan sebelumnya. Ketika bajuku sudah dilucutin suami, aku begitu kaget. Ternyata ada seekor kucing yang berdiri di jendela yang tidak tertutup rapat. Anehnya, kucing ini sama persis seperti kucing yang ada didalam lukisan itu.
Kucing ini kemudian meloncat masuk kamar, dan berdiri disudut kamar sambil memandang kami yang sedang bercinta. Aku bilang ke suamiku, tetapi dia sama sekali tidak menghiraukan. Suamiku terus mendekapku dan terus melakukan panetrasinya.
Anehnya lagi, suamiku tidak cepat ejakulasi. Dia terus bertahan, dan membuat aku orgasme. Bahkan orgasme saat itu sangat hebat, dan belum pernah aku rasakan. Suamiku seperti pria yang kesurupan, dan tidak mengenal lelah.
Kami bercinta dengan berbagai gaya yang belum pernah kami lakukan sebelumnya. Aku merasakan orgasme yang berulang – ulang. Karena kenikmatan dan perasaan bahagia, aku sampai meneteskan air mata saat bercinta.
Setelah aku orgasme yang terakhir kali, bersamaan dengan ejakulasi suami, kami kelelahan. Aku sempat melihat jam dinding sebelum tertidur. Astaga ! Ternyata kami bercinta lebih dari 2 jam ! Ketika aku terjaga dari tidur, aku aku tidak menemukan kucing itu lagi.
Aku bertanya dalam hati, apakah itu kucing liar yang sering ditemukan didekat kuburan ? Karena rumahku tidak jauh dari tempat pemakaman umum. Keesokan harinya aku bertanya kepada suami perihal kucing, tetapi dia bilang tidak melihatnya.
Dia juga merasakan keanehan saat bercinta. Katanya kami seolah – olah dibawa melayang kesuatu tempat, dan bercinta disebuah taman. Dia melihat diri saya begitu cantik seperti putri, yang tidak sepertinya sebelumnya.
Bahkan suamiku merasa badannya menjadi ringan dan tidak mengenal lelah, sehingga dia ingin memuaskan aku sepuas – puasnya. Pada suatu siang secara kebetulan aku membaca artikel tentang seekor kucing.
Bahkan aku menjadi terkejut pula ketika membaca sejarah tentang kucing. Ternyata kucing ribuan tahun sebelum masehi dianggap sebagai binatang suci di negara Mesir. Dan bahkan jika meninggal dibuat mummi. Bahkan disamping Mummi raja Firaun, juga ditemukan mummi kucing kerajaan.
Kucing merupakan penjelmaan dari Dewi Kesuburan pada wanita, yang bernama Basted/ Usbati atau Pesht, yang dipuja orang- orang Mesir. Sehingga orang yang membunuh kucing, akan mendapatkan hukuman mati. Konon ada rombongan tentara pasukan raja Firaun ( Farau ) yang secara tidak sengaja keretanya menabrak seekor kucing, dan tentara tersebut mendapatkan hukuman mati.
Kucing binatang suci yang harus dilindungi. Dan jika ada kucing meninggal, maka pemiliknya akan mencukur bulu alis matanya, sebagai tanda duka dan perkabungan. Kucing yang dalam bahasa asingnya cat, merupakan serapan dari bahasa latin Felix Cattus, yang ditulis pertama kali oleh penulis asal Roma ( Rolladius ) abad ke-4 masehi.
Artikel yang nongol secara kebetulan. Anehnya, sejak malam itu kucing tersebut tidak pernah muncul lagi. Dan hebatnya, suamiku menjadi sembuh dari gangguan ejakulasi dini. Bahkan dia menjadi bisa mengontrol ejakulasinya secara gampang.
Kamipun bisa bercinta dengan leluasa , dan menggunakan berbagai variasi. Dan mulai saat itu aku merasa gampang mendapatkan multi orgasme.
Empat minggu setelah seks yang ditemui kucing tersebut, aku dinyatakan hamil. Ketika aku konsultasi ke dokter, beliau banyak menjelaskan masalah medis.
" Waduh, sejauh ini kok saya tidak pernah mendapatkan pasien, yang saat bercinta mendapatkan halusinasi melihat kucing , yaa, " Kata beliau.
" Ibu waktu melakukan hubungan seks, tepat pada saat masa subur, sehingga terjadi perubahan fisiologis, termasuk peningkatan libido. Sehingga dipastikan pada malam itu terjadi pembuahan sel telur oleh sperma di saluran telur, " Kata beliau menambahkan.
"Lagian suami ibu sering keluar kota. Jadi jika kebetulan ibu pada masa subur, hal ini menjadi terlewatkan. Karena sel telur hanya mampu bertahan hidup dalam keadaan siap dibuai hanya selama 1 – 2 hari. Ibu sudah lama menanti momongan, dan hal sekarang ini layak disyukuri, " Kata beliau sambil mengusap – usap stetoskop alat pemeriksa yang mengalung dileher beliau.
Cerita diatas terasa aneh. Karena aku juga merasakan seperti itu. Lepas dari semuanya, semua pasti bisa dipakai bahan renungan. [majalahdewadewi.wordpress.com]
0 komentar:
Posting Komentar