Minggu, 18 September 2011

Profil ModelMagz: Sharon Stephanie



 
Hari-hari Sharon Stephanie lebih banyak diisi dengan kegiatan sesi pemotretan. Ia mengaku menjalani profesinya itu dengan senang hati, sebagai sebuah mata pencaharian, dan ia tak memiliki beban apa-apa dengan profesinya tersebut. Misalnya beban obsesi menjadi orang terkenal, atau apalah yang muluk-muluk.


"Semua kujalani sesuai dengan kemampuanku. Aku menjalani profesiku ini dengan enjoy, kunikmati. Tidak grusa-grusu. Jadi salah kalau ada orang menilai bahwa aku memiliki obsesi menjadi orang terkenal segala. Aku memang ingin go international, tapi tidak memaksakan terkenal dalam artian negatif. Kalau itu pastilah cara-caranya tidak benar. Aku berprinsip, ini yang diberikan Tuhan padaku, aku yakin, inilah yang terbaik. Kalau nanti Tuhan memberikan lebih dari sekarang, itu juga yang terbaik buatku. Life is too beautiful to think about things that are not important," tutur Stephanie.


 
Menurut Stephanie, ia memandang hidup sebagai suatu perjuangan. Perjuangan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Karena itu harus melakukannya dengan semaksimal mungkin. "Jangan setengah-setengah," tegasnya.


Stephanie juga selalu mengingatkan dirinya sendiri, bahwa lingkungannya, orang-orang yang banyak mendukungnya, terutama kedua orang tuanya adalah hal yang penting. "Aku punya prinsip, selalu berusaha ingin membahagiakan orang tuaku. Aku ingin orang tuaku bangga. Percuma aku terkenal, kalau orangtuaku tidak bangga dengan apa yang aku capai. Aku bisa gede seperti sekarang ini, berkat bimbingan, didikan dan perlindungan orangtuaku. So, i love my parents so much," kata Stephanie lagi.

 
Apa makna dunia model yang kini kamu geluti?
"Kenapa aku mau jadi model? Karena dari dulu memang bercita-cita menjadi seorang public figure, yang bisa menyenangkan banyak orang. Karena aku suka sekali mengungkapka perasaan lewat pose dan ekspresi, maka aku menggeluti dunia modelling. Filosofinya, ketika seseorang model sedang melakukan pemotretan, menurutku ekspresi mereka cerminan sebuah ekspresi. Pengarang mengungkapkan ekspresinya lewat tulisan, penyair lewat puisi-puisiya, pelukis lewat goresan kanvasnya. Model mengungkapkan lewat bahasa tubuhnya yang indah. Aku suka dengan profesiku ini. Hobyku memang difoto, foto is my life, sudah menjadi bagian penting hidupku, dengan itu hidupku terasa indah, hari-hariku selalu dipenuhi kegiatan foto ..I love my job….," tutur Stephani.

 
Kalau bicara soal kendala, tak ada didunia ini profesi tanpa kendala. Banyak sekali kendalanya, tapi sebagai prof aku berusaha menyelesaikannya dengan cara-cara yang profesional. "Ada problem, pasti ada solusi," katanya mantap.

Diakui dunia model, khususnya, dan dunia entertainment pada umumnya, banyak godaan hedonism, hidup bebas, sex bebas, banyak godaan terhadap wanita-wanita cantik dan sexy yang menggeluti dunia model. Tapi semua itu dihadapinya dengan cara hati-hati dan tak sampai menyinggung perasaan orang lain.

"Bicara soal itu, kita kembalikan kepandangan orang masing-masing. Menurut aku, sex hanya boleh dilakukan dengan norma-norma agama.Di mataku sex itu memang indah, tapi kalau melakukannya dengan pasangan terkasih. Sex sesuatu yang holy," kata Stephani.

Bagaimana kriteria pria dimatamu? Stephani nampak diam, dahinya dikerutkannya, "Seperti apa, ya ? Menurutku pria adalah mahluk yang susah ditebak….. Sama dengan pria memandang wanita, sama – sama susah ditebak..ha…ha…ha...," kata Stephani, tawa pun lepas dari bibirnya yang indah.

 

Masalahnya, katanya, ketika wanita merasa cocok dengan seorang pria, wanita akan memberikan yang diinginkan pria, begitu juga sebaliknya. "Tapi kalau ditanya kriteria, aku benar-benar nggak bisa menjawab, sulit bagiku. Yang jelas aku tidak terlalu suka dengan pria yang terlalu agresif mendekatiku. Aku malah suka dengan cowok yang cuek, namun sebenarnya perhatian kepadaku. Mungkin tipe yang begini bisa mencuri hatiku. Kalau aku sudah senang dengan cowok, aku akan memberikan kasih sayang sepenuhnya padanya," katanya.

Jadi gimana dong lelaki yang kamu suka?
"Ha…ha…ha…maksa banget pertanyaannya," kembali tawa lepas dari bibir indah Stephani, "Ya…aku suka cowok yang berjiwa 'ngemong' atau bersikap dewasa. Aku suka pria diatas 30 tahunan keatas. Kuharap Tuhan mendengar apa yang kukatakan ini. Amiien…" lanjutnya.



 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Sweet Tomatoes Printable Coupons