Rabu, 20 Juli 2011

Kemiskinan itu tidak ada, yang ada adalah ketiadaan kesejahteraan


ALKISAH, seorang profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswanya dengan pertanyaan ini, "Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?"

Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, "Betul, Dia yang menciptakan semuanya". "Tuhan menciptakan semuanya?" Tanya profesor sekali lagi. "Ya, Pak, semuanya" kata mahasiswa tersebut.


Profesor itu menjawab, "Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan."
Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis profesor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos.


Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, "Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?"
"Tentu saja," jawab si profesor.
Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, "Profesor, apakah dingin itu ada?"
"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Kamu tidak pernah sakit flu?" Tanya si profesor diiringi tawa mahasiswa lainnya.


Mahasiswa itu menjawab, "Kenyataannya pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas."

Mahasiswa itu melanjutkan, "Profesor, apakah gelap itu ada?"
Profesor itu menjawab, "Tentu saja itu ada."

Mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi anda salah pak. Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan di mana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya."

Akhirnya mahasiswa itu bertanya, "Profesor, apakah kejahatan itu ada?"
Dengan bimbang profesor itu menjawab, "Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan."

Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi Anda salah pak. Kejahatan itu tidak ada, yang ada hanyalah ketiadaan tuhan di hati manusia. Seperti dingin atau gelap, kejahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan di hati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya."
Profesor itu terdiam, dan kembali bertanya kepada mahasiswa tersebut. "Menurut kamu, apakah kemiskinan itu ada?"
Mahasiswa itu menjawab, "Ya jelas ada dong pak! Kemiskinan adalah salah satu problem peradaban manusia, apalagi di negara-negara dunia ketiga."

Profesor itu menjawab: "Kamu salah kalau begitu. Kemiskinan itu tidak ada. Yang sesungguhnya kita lihat bukanlah kemiskinan, tapi KETIADAAN KESEJAHTERAAN. Kata "miskin" kita pakai untuk mendeskripsikan ketiadaan kesejahteraan".

Mahasiswa merah padam, bingung, merasa di-kick balik profesornya.
Profesor bertanya kembali, "apakah kebodohan itu ada?"
Mahasiswa sotoy tersebut makin merah padam, bingung, merasa diskakmat profesornya. Mahasiswa tersebut tidak berani menjawabnya, karena sudah tahu apa yang dimaksud profesornya.

Tanpa menunggu jawaban sang mahasiswa, profesor tersebut langsung menerangkan. "Kebodohan itu tidak ada. Yang ada hanyalah kurangnya wawasan, lemahnya kemampuan menganalisa, dan lemahnya daya tangkap. Kata BODOH kita gunakan untuk mendeskripsikan kondisi tersebut".

Profesor itu kemudian melanjutkan,
"Nah, kembali ke premis awal bahwa tuhan menciptakan segala yang ada. Seperti yang kita tahu, apapun kalian menyebutnya, apapun istilah yang digunakan, kita semua tahu bahwa: ketiadaan panas, ketiadaan cahaya, ketiadaan "kasih tuhan di hati manusia", ketiadaan kesejahteraan, dan lemahnya daya pikir otak kita adalah sesuatu kondisi yang sungguh ada, betul begitu?"
Mahasiswa sotoy tersebut diam.

Profesor melanjutkan. "Nah, karena semua itu adalah suatu kondisi yang sungguh ada, dan karena tuhan pada premis awal tadi kita sepakati telah menciptakan segala yang ada, maka bisa kita simpulkan bahwa.."

Seorang mahasiswa yang duduk dipojok, yang selama ini dikenal sebagai pemikir bebas langsung semangat menjawab: "Tuhanlah yang menciptakan semua kondisi itu!"
"Betul sekali", tukan profesor tersebut.

Konon, nama mahasiswa yang bertanya sotoy itu adalah Albert Einstein. Dan kalau mau main "konon", saya juga bisa mengklaim, profesornya adalah saya. Sedangkan mahasiswa yang duduk dipojokan, adalah karangan saya sendiri.

Catatan: Cerita Einstein di atas adalah hoax yang menyebar via milis. Tidak pernah ada sejarahnya Einstein pernah berdebat dengan profesornya macam itu. Cerita di atas adalah propaganda theisme yang mencatut nama Einstein. Namun heran, banyak masyarakat kita mudah percaya. Inilah yang saya sebut kebodohan, eh.. kurangnya wawasan, lemahnya daya analisa, dan lemahnya daya tangkap.


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Sweet Tomatoes Printable Coupons